Senin, 30 April 2012

MODAL KERJA DAN ANALISA PERUBAHAN LABA KOTOR


Modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang manajemen persediaan.Terdapat tiga konsep definisi modal kerja yaitu :
·      Konsep kuantitatif :
Konsep ini menunjukan jumlah dana ( fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar ( gross working capital ).
·      Konsep kualitatif :
Menitik beratkan pada kualitas modal kerja menurut konsep ini modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar ( net working capital ). Sehingga menunjukan margin of protection ( tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek ).
·      Konsep fungsional :
Menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam menghasilkan laba dari usaha pokok perusahaan yaitu current income dan future income.

TUJUAN DAN SUMBER MODAL KERJA

Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal.
  1. Hasil operasi perusahaan.
  2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek )
  3. Penjualan aktiva tidak lancar
  4. Penjualan saham atau obligasi 



SEBAB PERUBAHAN MODAL KERJA
·      Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah.
·      Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi, modal kerja akan bertambah.
·      Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah.
·      Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja.
·      Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja.
·      Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja.
·      Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

MANFAAT MANAJEMEN MODAL KERJA

·      Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
·      Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
·      Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
·      Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.
·      Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
·      Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
·      Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja.
  










Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Berikut adalah factor-faktor yang mempengaruhi modal kerja :
1.      Sifat Umum atau tipe perusahaan.
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (Publik utility) relative rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relative lebih cepat. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relative kecil. Berbeda dengan perusahaan industry investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relative rendah.
2.      Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang.
Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperolah barang semakin besar kebutuhan akan modal kerja.
3.      Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.
4.       Tingkat perputaran persediaan.
Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
5.      Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasaan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.

6.      Pengaruh konjungtur (business cycle)
Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih memanfaatkan harga yang masih rendah. Sebaiknya dalam periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutupi kerugian.
7.      Derajat risiko kemungkinan menurunya harga jual aktiva jangka pendek menurunya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila resiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo.

8.      Pengaruh musim
Banyak perusahaan yang penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relative pendek.
9.      Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.

 ANALISA PERUBAHAN LABA KOTOR


Pada dasarnya perubahan laba kotor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan.
Perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya :
  1. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dapat dijual
  2. Perubahan harga jual per satuan produk
Perubahan laba kotor karena adanya perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan adanya :
  1. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan
  2. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan
Ada 4 Faktor Penyebab Perubahan Laba Kotor
  1. Perubahan Harga Jual (Sales Price Variance) Perubahan harga jual yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.

(Hj2 - Hj1) K2
 




Keterangan :
Hj1     = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya.
Hj2     = Harga jual per satuan produk yang sesungguhnya
K2       = Kwantitas atau volume produk yg sesungguhnya dijual tahun ini
Apabila (Hj2-Hj1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan.

  1. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual


  (K2 - K1) Hj1
 




Keterangan :
K2       = Kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisasi tahun ini
K1       = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
Hj1     = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya sebagai standar
Apabila (K2 - K1) = positif, maka menguntungkan. Jika negatif, maka merugikan.

  1. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan


(HPP2 - HPP1) K2
 



Keterangan :
HPP2 = Harga Pokok Penjualan yang sesungguhnya
HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
K2       = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
Apabila (HPP2 - HPP1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan
  1. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan


  (K2 - K1) HPP1
 



Keterangan :
K2       = Kwantitas produk yang sesungguhnya dijual
K1       = Kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya
HPP1 = Harga Pokok Penjualan menurut budget/tahun sebelumnya
Apabila (K2 - K1) = Positif, maka merugikan. Jika Negatif, maka menguntungkan.

Rabu, 18 April 2012

ANALISIS BREAK EVEN POIN (TITIK IMPAS)


Ø Pengertian Analisis Break Even Poin (Titik Impas)
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah:
1.       Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2.       Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3.       Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4.       Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Ø Manfaat Analisis Break Even (Titik Impas)
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.       Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.       Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3.       Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4.       Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Ø Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.       Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel Cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2.       Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed Cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.       Semi Varibel Cost
Semi Variabel Cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap untuk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
Rumus Analisis Break Even :
BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah barang yng diproduksi.

Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp. 10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tetap sebesar Rp. 10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 - 5.000)
BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan atau profitnya nol.


Rumus-berdasar unit



atau







dengan:
  • TR        :           Pendapatan total/Total Revenue
  • TC        :           Biaya total/Total Cost
  • TFC      :           Biaya tetap total
  •          :           Harga
  • V          :           Biaya variabel per unit
·         FC        :           Biaya Tetap
·         P          :           Harga jual per unit
·         VC       :           Biaya Variabel per unit

Rumus berdasar sales dalam rupiah




Dengan :
  • FC : Biaya Tetap
  • P : Harga jual per unit
  • VC : Biaya Variabel per unit
Ø Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
·         Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
·         Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
·         Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
·         Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1.       Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2.    Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.       Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.       Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.