Rabu, 28 Desember 2011

Izinkan atau . . .


Hei kau!
Aku rindu.
Ya, aku rindu!

Kenapa kau mempertanyakannya?
Apa tak boleh aku melakukannya!?
Aku masih manusia yang bisa melakukannya!
Apa benar aku memang tak boleh melakukannya!?
Kenapa? Kenapa!
Apa melakukannya sebuah dosa!?

Izinkan aku melakukannya. . .
Apa harus kubersujud baru izin kan ada!?

Boleh kan aku melakukannya?
Boleh kan?
Atau . . .
Hanya orang tertentu yang boleh melakukannya!?

Jika tetap tidak boleh,
aku akan merindumu secara diam-diam!

^Lamunan Malam^


ssstt..
Gelap menjadi saksi memang,
dan mungkin
daun-daun disana
sedang menggunjing kita saat ini
atau
dindingdinding palsu itu
sedang malu mengingat kita berpaut.

ssstt..
Jujur saja,
dari tak terhitung niatku melaku itu,
yang terwujud tak lebih dari jumlah jari di satu tangan,
karena daya laku terkadang tak berlaku.

Ssstt..
Kamu mendingin disudut itu,
menambah piluku seperti rindu
yang membuncah tak tertahankan,
membuat malam itu ada
dan tercipta keningmu
landasan bukti rindu-rinduku.


ssstt..
Gelap menjadi saksi memang,
dan mungkin
daun-daun disana
sedang menggunjing kita saat ini
atau
dindingdinding palsu itu
sedang malu mengingat kita berpaut.

ssstt..
Jujur saja,
dari tak terhitung niatku melaku itu,
yang terwujud tak lebih dari jumlah jari di satu tangan,
karena daya laku terkadang tak berlaku.

Ssstt..
Kamu mendingin disudut itu,
menambah piluku seperti rindu
yang membuncah tak tertahankan,
membuat malam itu ada
dan tercipta keningmu
landasan bukti rindu-rinduku.


ssstt..
Gelap menjadi saksi memang,
dan mungkin
daun-daun disana
sedang menggunjing kita saat ini
atau
dindingdinding palsu itu
sedang malu mengingat kita berpaut.

ssstt..
Jujur saja,
dari tak terhitung niatku melaku itu,
yang terwujud tak lebih dari jumlah jari di satu tangan,
karena daya laku terkadang tak berlaku.

Ssstt..
Kamu mendingin disudut itu,
menambah piluku seperti rindu
yang membuncah tak tertahankan,
membuat malam itu ada
dan tercipta keningmu
landasan bukti rindu-rinduku.

^Karena Sebuah Surat^


Membacanya membuatku sedikit iri,
Iri akan sesuatu yang belum ku punya
Iri menjadi seseorang yang menerimanya
Iri memiliki si penulis yang belum lama ku kenal


Ia cantik
Cantik karena hebat
Cantik karena kuat
Cantik karena setia
Cantik karena . . .
karena sesuatu yg belum ku tahu untuk saat ini!?

Mungkinkah si penulis mau membuatkan 1 yang seperti itu untukku?

Tapi tidak,
aku tak ingin yang sama seperti itu.

Aku ingin sebuah tulisan yang baru,
Yang belum pernah kau terbit kan untuk siapapun
Yang belum pernah kau berikan untuk siapapun
Yang belum pernah kau ungkapkan untuk siapapun

yang Khusus hanya untuk Ku. . .

 

^cerita lalu^


masa lalu kini hanya menjadi sebuah kenangan,
kenangan yang ada di dalam ingatan,
kenangan suka dan duka dalam menjalani hari-hari.

kenangan-kenangan yang indah terkadang bisa membuat kita tertawa bila mengingatnya,
tapi kenangan-kenangan yang buruk hanya akan membuat kita sedih bila mengingat kenangan itu.

walau kenangan-kenangan itu tak selalu indah,
tapi kenangan-kenangan itu pernah mengisi hari-hari kita

walau kenangan buruk takkan hilang dari ingatan,
jangan sampai sampai kita tenggelam dalam kesedihan.
kehidupan akan terus berjalan,
berlarut-larut dalam kesedihan hanya akan membuat kita ke ujung putus asa.

sudahlah...
kini kenangan hanya jadi cerita masa lalu,
walau takkan terulang, tapi dari ingatan takkan bisa hilang, biarlah menjadi kenangan.
jangan jadikan kenangan sebagai penghambat kehidupan.

sekarang saatnya pikirkan masa depan,
jalani hari dengan melakukan yang terbaik, untuk jadi yang terbaik.